Kantor Berita RMOL, Jumat (16/8).
Muslim
menyebut, kontestasi kepemimpinan di partai Golkar berlangsung dengan
sangat demokratis. Golkar solid dan memiliki banyak kader mumpuni yang
dapat diandalkan pada segala bidang.
Pada pemilihan ketua umum
pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang dijadwalkan akhir 2019,
faktor kepemimpinan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas
kader.
Pada masa-masa ini, Golkar sangat membutuhkan sosok ketum
yang mumpuni dalam segala sektor, mulai dari penguasaan organisasi
sampai dengan pendekatan akar rumput untuk menyambut aspirasi rakyat.
\"Dan semua itu ada pada diri Ketum Airlangga,\" ujar Muslim.
Muslim
memandang, Airlangga yang merupakan petahana adalah sosok santun dalam
berpolitik. Ia telah banyak berbuat dan bekerja untuk Golkar. Terbukti,
partai beringin mampu berada di posisi kedua pada Pileg 2019.
Dalam
masa kepemimpinan yang sangat singkat sekitar satu setengah tahun sejak
dikukuhkan pada Munaslub 2017 lalu, Airlangga mampu menggerakkan mesin
partai, melakukan konsolidasi organisasi, serta memperjuangkan
kader-kader Golkar menang dan duduk sebagai kepala daerah pada Pilkada
serentak 2018.
Airlangga juga mampu merangkul semua kekuatan
stake holder Golkar untuk berjuang keluar dari situasi yang sulit dimana
partai mengalami beberapa turbulensi hebat menjelang Pemilu 2019.
Muslim
Jaya membantah penilaian pengamat politik, Haris Rusly Moti yang
menyebutkan Airlangga yang berlatar belakang pengusaha sebaiknya fokus
sebagai Menteri Perindustrian saja.
\"Itu statement mengigau,†ujar dia.
Muslim
menyindir, Haris sebaiknya tidak mengomentari sesuatu yang dia tidak
pahami. \"Dia hanya meraba-raba sosok Airlangga yang berproses dari ormas
pendiri partai.\"
Kritikan Haris, bahwa Airlangga tak punya
talenta karena jarang tampil di media dan berbicara di publik juga
dijawab Muslim Jaya. Sosok pemimpin yang dibutuhkan Golkar saat ini
adalah sosok yang mampu merangkul stake holder dengan baik, dan berkarakter pemimpin bukan pemain.
\"Komentar
Haris terhadap Airlangga itu adalah analisis yang dangkal, sumir dan
cenderung tendensius. Sebaiknya Haris masuk Golkar saja supaya paham
akan kepemimpinan Airlangga,\" ucap dia.
Muslim menambahkan,
sebagai ketum, Airlangga sangat paham kapan harus berbicara lantang,
kapan harus berbuat dan berjuang. Terbukti hasilnya dirasakan bersama
oleh kader dimana Golkar mampu mencapai peringkat dua besar dalam Pemilu
2019.
\"Jadi jelas Haris belum mengenal Golkar secara utuh, dan
tidak mengetahui kapasitas dan kapabilitas Airlangga sebagai Ketum,\"
terang dia.
Muslim Jaya menambahkan, Airlangga sudah teruji dan
matang sebagai anggota DPR dan menteri. Kerja nyatanya tanpa banyak
bicara terbukti mampu membawa Golkar tetap berada di jajaran partai
papan atas.
Muslim melihat, dengan prestasi cemerlang dan
kualitas yang ditunjukkan Airlangga selama ini, sesungguhnya Golkar
sangat membutuhkannya sebagai pemimpin.
\"Untuk dapat melanjutkan
periodesasi dalam momentum Munas ke depan dan mengembalikan tradisi
Golkar sebagai pemenang Pileg dan Pilpres,\" tutupnya. [fak]" itemprop="description"/>
Kantor Berita RMOL, Jumat (16/8).
Muslim
menyebut, kontestasi kepemimpinan di partai Golkar berlangsung dengan
sangat demokratis. Golkar solid dan memiliki banyak kader mumpuni yang
dapat diandalkan pada segala bidang.
Pada pemilihan ketua umum
pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang dijadwalkan akhir 2019,
faktor kepemimpinan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas
kader.
Pada masa-masa ini, Golkar sangat membutuhkan sosok ketum
yang mumpuni dalam segala sektor, mulai dari penguasaan organisasi
sampai dengan pendekatan akar rumput untuk menyambut aspirasi rakyat.
\"Dan semua itu ada pada diri Ketum Airlangga,\" ujar Muslim.
Muslim
memandang, Airlangga yang merupakan petahana adalah sosok santun dalam
berpolitik. Ia telah banyak berbuat dan bekerja untuk Golkar. Terbukti,
partai beringin mampu berada di posisi kedua pada Pileg 2019.
Dalam
masa kepemimpinan yang sangat singkat sekitar satu setengah tahun sejak
dikukuhkan pada Munaslub 2017 lalu, Airlangga mampu menggerakkan mesin
partai, melakukan konsolidasi organisasi, serta memperjuangkan
kader-kader Golkar menang dan duduk sebagai kepala daerah pada Pilkada
serentak 2018.
Airlangga juga mampu merangkul semua kekuatan
stake holder Golkar untuk berjuang keluar dari situasi yang sulit dimana
partai mengalami beberapa turbulensi hebat menjelang Pemilu 2019.
Muslim
Jaya membantah penilaian pengamat politik, Haris Rusly Moti yang
menyebutkan Airlangga yang berlatar belakang pengusaha sebaiknya fokus
sebagai Menteri Perindustrian saja.
\"Itu statement mengigau,†ujar dia.
Muslim
menyindir, Haris sebaiknya tidak mengomentari sesuatu yang dia tidak
pahami. \"Dia hanya meraba-raba sosok Airlangga yang berproses dari ormas
pendiri partai.\"
Kritikan Haris, bahwa Airlangga tak punya
talenta karena jarang tampil di media dan berbicara di publik juga
dijawab Muslim Jaya. Sosok pemimpin yang dibutuhkan Golkar saat ini
adalah sosok yang mampu merangkul stake holder dengan baik, dan berkarakter pemimpin bukan pemain.
\"Komentar
Haris terhadap Airlangga itu adalah analisis yang dangkal, sumir dan
cenderung tendensius. Sebaiknya Haris masuk Golkar saja supaya paham
akan kepemimpinan Airlangga,\" ucap dia.
Muslim menambahkan,
sebagai ketum, Airlangga sangat paham kapan harus berbicara lantang,
kapan harus berbuat dan berjuang. Terbukti hasilnya dirasakan bersama
oleh kader dimana Golkar mampu mencapai peringkat dua besar dalam Pemilu
2019.
\"Jadi jelas Haris belum mengenal Golkar secara utuh, dan
tidak mengetahui kapasitas dan kapabilitas Airlangga sebagai Ketum,\"
terang dia.
Muslim Jaya menambahkan, Airlangga sudah teruji dan
matang sebagai anggota DPR dan menteri. Kerja nyatanya tanpa banyak
bicara terbukti mampu membawa Golkar tetap berada di jajaran partai
papan atas.
Muslim melihat, dengan prestasi cemerlang dan
kualitas yang ditunjukkan Airlangga selama ini, sesungguhnya Golkar
sangat membutuhkannya sebagai pemimpin.
\"Untuk dapat melanjutkan
periodesasi dalam momentum Munas ke depan dan mengembalikan tradisi
Golkar sebagai pemenang Pileg dan Pilpres,\" tutupnya. [fak]"/>
Kantor Berita RMOL, Jumat (16/8).
Muslim
menyebut, kontestasi kepemimpinan di partai Golkar berlangsung dengan
sangat demokratis. Golkar solid dan memiliki banyak kader mumpuni yang
dapat diandalkan pada segala bidang.
Pada pemilihan ketua umum
pada Musyawarah Nasional (Munas) Golkar yang dijadwalkan akhir 2019,
faktor kepemimpinan sangat ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas
kader.
Pada masa-masa ini, Golkar sangat membutuhkan sosok ketum
yang mumpuni dalam segala sektor, mulai dari penguasaan organisasi
sampai dengan pendekatan akar rumput untuk menyambut aspirasi rakyat.
\"Dan semua itu ada pada diri Ketum Airlangga,\" ujar Muslim.
Muslim
memandang, Airlangga yang merupakan petahana adalah sosok santun dalam
berpolitik. Ia telah banyak berbuat dan bekerja untuk Golkar. Terbukti,
partai beringin mampu berada di posisi kedua pada Pileg 2019.
Dalam
masa kepemimpinan yang sangat singkat sekitar satu setengah tahun sejak
dikukuhkan pada Munaslub 2017 lalu, Airlangga mampu menggerakkan mesin
partai, melakukan konsolidasi organisasi, serta memperjuangkan
kader-kader Golkar menang dan duduk sebagai kepala daerah pada Pilkada
serentak 2018.
Airlangga juga mampu merangkul semua kekuatan
stake holder Golkar untuk berjuang keluar dari situasi yang sulit dimana
partai mengalami beberapa turbulensi hebat menjelang Pemilu 2019.
Muslim
Jaya membantah penilaian pengamat politik, Haris Rusly Moti yang
menyebutkan Airlangga yang berlatar belakang pengusaha sebaiknya fokus
sebagai Menteri Perindustrian saja.
\"Itu statement mengigau,†ujar dia.
Muslim
menyindir, Haris sebaiknya tidak mengomentari sesuatu yang dia tidak
pahami. \"Dia hanya meraba-raba sosok Airlangga yang berproses dari ormas
pendiri partai.\"
Kritikan Haris, bahwa Airlangga tak punya
talenta karena jarang tampil di media dan berbicara di publik juga
dijawab Muslim Jaya. Sosok pemimpin yang dibutuhkan Golkar saat ini
adalah sosok yang mampu merangkul stake holder dengan baik, dan berkarakter pemimpin bukan pemain.
\"Komentar
Haris terhadap Airlangga itu adalah analisis yang dangkal, sumir dan
cenderung tendensius. Sebaiknya Haris masuk Golkar saja supaya paham
akan kepemimpinan Airlangga,\" ucap dia.
Muslim menambahkan,
sebagai ketum, Airlangga sangat paham kapan harus berbicara lantang,
kapan harus berbuat dan berjuang. Terbukti hasilnya dirasakan bersama
oleh kader dimana Golkar mampu mencapai peringkat dua besar dalam Pemilu
2019.
\"Jadi jelas Haris belum mengenal Golkar secara utuh, dan
tidak mengetahui kapasitas dan kapabilitas Airlangga sebagai Ketum,\"
terang dia.
Muslim Jaya menambahkan, Airlangga sudah teruji dan
matang sebagai anggota DPR dan menteri. Kerja nyatanya tanpa banyak
bicara terbukti mampu membawa Golkar tetap berada di jajaran partai
papan atas.
Muslim melihat, dengan prestasi cemerlang dan
kualitas yang ditunjukkan Airlangga selama ini, sesungguhnya Golkar
sangat membutuhkannya sebagai pemimpin.
\"Untuk dapat melanjutkan
periodesasi dalam momentum Munas ke depan dan mengembalikan tradisi
Golkar sebagai pemenang Pileg dan Pilpres,\" tutupnya. [fak]"/>