Menurut Hendra, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
\"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warga net, misalkan, masih tidak bisa terima dan nggak bisa move on,\" kata Hendra.
Hendra mencontohkan, pada waktu Kyai Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
\"Ada beberapa akun teman kita disuspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? kan Jokowi sudah menang di MK?\" kata Hendra.
\"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi dipemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan,\" demikian Hendra. [hta]
" itemprop="description"/>
Menurut Hendra, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
\"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warga net, misalkan, masih tidak bisa terima dan nggak bisa move on,\" kata Hendra.
Hendra mencontohkan, pada waktu Kyai Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
\"Ada beberapa akun teman kita disuspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? kan Jokowi sudah menang di MK?\" kata Hendra.
\"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi dipemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan,\" demikian Hendra. [hta]
"/>
Menurut Hendra, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
\"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warga net, misalkan, masih tidak bisa terima dan nggak bisa move on,\" kata Hendra.
Hendra mencontohkan, pada waktu Kyai Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
\"Ada beberapa akun teman kita disuspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? kan Jokowi sudah menang di MK?\" kata Hendra.
\"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi dipemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan,\" demikian Hendra. [hta]
Meski pilpres 2019 telah usai dan pemenang sudah ditentukan lewat sengkarut di Mahkamah Konstitusi, namun ingatan dan suasana yang terbentuk di masyarakat belum juga bisa lepas dari keterbelahan.
"Tindakan represif dan anti kritik seakan masih menandakan, kita masih berada di masa menjelang dan pilpres" kata mantan Ketua DPW Relawan Ganti Presiden (RGP) Sumut, Hendra Febrizal kepada RMOLSumut, Kamis (8/8).
Menurut Hendra, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warga net, misalkan, masih tidak bisa terima dan nggak bisa move on," kata Hendra.
Hendra mencontohkan, pada waktu Kyai Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
"Ada beberapa akun teman kita disuspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? kan Jokowi sudah menang di MK?" kata Hendra.
"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi dipemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan," demikian Hendra. [hta]
Meski pilpres 2019 telah usai dan pemenang sudah ditentukan lewat sengkarut di Mahkamah Konstitusi, namun ingatan dan suasana yang terbentuk di masyarakat belum juga bisa lepas dari keterbelahan.
"Tindakan represif dan anti kritik seakan masih menandakan, kita masih berada di masa menjelang dan pilpres" kata mantan Ketua DPW Relawan Ganti Presiden (RGP) Sumut, Hendra Febrizal kepada RMOLSumut, Kamis (8/8).
Menurut Hendra, sikap oposisi yang ditunjukkan kelompok-kelompok masyarakat yang tetap mengkritisi kebijakan pemerintah, tetap mendapat reaksi yang berlebihan.
"Bahkan untuk bereaksi mengenai habib, warga net, misalkan, masih tidak bisa terima dan nggak bisa move on," kata Hendra.
Hendra mencontohkan, pada waktu Kyai Maimoen Zubair wafat, banyak bertebaran meme yang bertuliskan pesan Mbah Moen untuk tidak membenci para habib di media sosial.
"Ada beberapa akun teman kita disuspen. Entah dilaporkan entah ditutup karena memposting meme itu. Saya kira kata-kata itu biasa saja, tidak ada nada tendensius ke pemerintah. Kok kuatir? kan Jokowi sudah menang di MK?" kata Hendra.
"Ini makin mematikan demokrasi. Oposisi hanya pemanis saja, kenyataan sekarang tidak ada kamus oposisi dipemerintahan saat ini. Selamat datang para penjilat kekuasaan," demikian Hendra. [hta]