Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur kita sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya.
\"Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.,\" ujarnya. Ia menilai sebagai warga negara, membawa persoalan ke ranah hukum merupakan hal yang wajar sebab hukum adalah penglima.
\"Akan tetapi, saya sangat berkeyakinan Gubernur Sumut juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI,\" sebutnya.
RE yang juga merupakan Koordinator pok Pakar Geopark Kaldera Toba ini mengingatkan, agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI ini membuat kita terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.
\"Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang Bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat,\" ungkapnya.
Pada bagian lain, RE juga berharap mahasiswa dari GMKI, termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.
\"Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu,dan juga orang orang yg ingin membuat sumut tdk nyaman, tdk bermartabat dan orang yg ingin memecah belah,\" pintanya.
Di bagian akhir keterangannya, RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena beliau memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan.
\"Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri, tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi,\" demikian RE Nainggolan.
" itemprop="description"/>
Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur kita sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya.
\"Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.,\" ujarnya. Ia menilai sebagai warga negara, membawa persoalan ke ranah hukum merupakan hal yang wajar sebab hukum adalah penglima.
\"Akan tetapi, saya sangat berkeyakinan Gubernur Sumut juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI,\" sebutnya.
RE yang juga merupakan Koordinator pok Pakar Geopark Kaldera Toba ini mengingatkan, agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI ini membuat kita terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.
\"Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang Bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat,\" ungkapnya.
Pada bagian lain, RE juga berharap mahasiswa dari GMKI, termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.
\"Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu,dan juga orang orang yg ingin membuat sumut tdk nyaman, tdk bermartabat dan orang yg ingin memecah belah,\" pintanya.
Di bagian akhir keterangannya, RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena beliau memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan.
\"Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri, tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi,\" demikian RE Nainggolan.
"/>
Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur kita sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya.
\"Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.,\" ujarnya. Ia menilai sebagai warga negara, membawa persoalan ke ranah hukum merupakan hal yang wajar sebab hukum adalah penglima.
\"Akan tetapi, saya sangat berkeyakinan Gubernur Sumut juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI,\" sebutnya.
RE yang juga merupakan Koordinator pok Pakar Geopark Kaldera Toba ini mengingatkan, agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI ini membuat kita terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.
\"Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang Bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat,\" ungkapnya.
Pada bagian lain, RE juga berharap mahasiswa dari GMKI, termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.
\"Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu,dan juga orang orang yg ingin membuat sumut tdk nyaman, tdk bermartabat dan orang yg ingin memecah belah,\" pintanya.
Di bagian akhir keterangannya, RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena beliau memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan.
\"Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri, tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi,\" demikian RE Nainggolan.
Tokoh masyarakat Sumut, Dr RE Nainggolan, MM mengatakan persoalan antara Gubsu Edy Rahmayadi dan sejumlah mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebaiknya dipandang sebagai dinamika antara bapak dan anaknya sendiri.
"Pak Gubsu kan pemimpin kita, orang tua kita, bapak dari adik-adik GMKI itu. Jadi, memang sebaiknya tidak perlu harus sampai berlanjut menjadi persoalan hukum. Semua pihak, terutama adik-adik GMKI akan bisa mengambil pelajaran dari persoalan yang telah terjadi," katanya, Senin (5/8/2019).
Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur kita sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya.
"Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.," ujarnya. Ia menilai sebagai warga negara, membawa persoalan ke ranah hukum merupakan hal yang wajar sebab hukum adalah penglima.
"Akan tetapi, saya sangat berkeyakinan Gubernur Sumut juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI," sebutnya.
RE yang juga merupakan Koordinator pok Pakar Geopark Kaldera Toba ini mengingatkan, agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI ini membuat kita terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.
"Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang Bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat," ungkapnya.
Pada bagian lain, RE juga berharap mahasiswa dari GMKI, termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.
"Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu,dan juga orang orang yg ingin membuat sumut tdk nyaman, tdk bermartabat dan orang yg ingin memecah belah," pintanya.
Di bagian akhir keterangannya, RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena beliau memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan.
"Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri, tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi," demikian RE Nainggolan.
Tokoh masyarakat Sumut, Dr RE Nainggolan, MM mengatakan persoalan antara Gubsu Edy Rahmayadi dan sejumlah mahasiswa Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) sebaiknya dipandang sebagai dinamika antara bapak dan anaknya sendiri.
"Pak Gubsu kan pemimpin kita, orang tua kita, bapak dari adik-adik GMKI itu. Jadi, memang sebaiknya tidak perlu harus sampai berlanjut menjadi persoalan hukum. Semua pihak, terutama adik-adik GMKI akan bisa mengambil pelajaran dari persoalan yang telah terjadi," katanya, Senin (5/8/2019).
Dikatakannya, penghormatan kepada orang tua merupakan ajaran pokok semua agama, bagian dari budaya luhur kita sebagai bangsa. Di sisi lain, orang tua juga diajarkan untuk mengayomi dan menyayangi anak-anaknya.
"Anak-anak muda ini, karena demikian semangatnya barangkali saat menyampaikan aspirasi mereka terkait Danau Toba, sampai terjadi kerusakan pagar kantor gubernur.," ujarnya. Ia menilai sebagai warga negara, membawa persoalan ke ranah hukum merupakan hal yang wajar sebab hukum adalah penglima.
"Akan tetapi, saya sangat berkeyakinan Gubernur Sumut juga punya kearifan, dengan hati yang dingin bisa mengambil pendekatan lain terhadap anak-anak beliau di GMKI," sebutnya.
RE yang juga merupakan Koordinator pok Pakar Geopark Kaldera Toba ini mengingatkan, agar jangan sampai dinamika antara Gubsu dan GMKI ini membuat kita terdiskresi dari persoalan pencemaran di Danau Toba, yang merupakan isu yang sesungguhnya.
"Kita yakin dan sudah lihat sendiri, Pak Gubsu seiring sejalan dengan pemerintah pusat dalam memberi prioritas dan perhatian terhadap kawasan kebanggaan Sumut ini. Biarlah riak-riak itu sebagai bagian dari dinamika antara seorang Bapak yang punya kearifan dan anak-anaknya yang kadang-kadang terbakar semangat," ungkapnya.
Pada bagian lain, RE juga berharap mahasiswa dari GMKI, termasuk melalui para seniornya, juga tidak perlu merespons dengan pengaduan balik.
"Itu hanya akan menjauhkan kita dari tujuan-tujuan awal kita yang baik. Bila bapak dan anak ini malah terjebak makin jauh ke dalam konflik, yang senang nanti ya, para perusak Danau Toba itu,dan juga orang orang yg ingin membuat sumut tdk nyaman, tdk bermartabat dan orang yg ingin memecah belah," pintanya.
Di bagian akhir keterangannya, RE berharap dan yakin, Gubsu akan mempertimbangkan ulang pengaduan tersebut karena beliau memang seorang pemimpin yang arif, yang menempatkan diri di atas semua golongan.
"Di sisi lain, ini juga pelajaran berharga bagi adik-adik kita di GMKI, dan mahasiswa Sumut secara umum, agar lebih bisa mengendalikan diri, tidak terpancing emosi saat menyalurkan aspirasi," demikian RE Nainggolan.