Abdullah menjabarkan beberapa waktu lalu keluar pernyataan Edy Rahmayadi yang mengatakan ingin mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka dengan menghapus aktifitas bisnis yang ada.
Kondisi Lapangan Merdeka saat ini, dianggap Abdullah Sitorus masih dalam kondisi baik. Sebab, fasilitas ruang publik yang ada masih cukup luas, hanya sebagian kecil lahan yang dipakai untuk kepentingan bisnis.
\"Anak-anak masih bisa bermain di Lapangan Merdeka, ada fasilitasnya itu dari sisi sosial. Dari sisi ekonomi, keberadaan Merdeka Walk menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kota Medan. Jadi terlalu jauh Gubernur mencampuri yang bukan urusannya,\" bebernya.
Bukan hanya itu, ia juga mempertanyakan rencana pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan oleh Edy Rahmayadi. Menurutnya, apabila ingin membuat Medan bebas macet, maka yang dilakukan adalah perbanyak transportasi umum.
\"Selama ini Medan macet karena terlalu banyak kendaraan pribadi, kalau masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, tingkat kemacetan akan berkurang. Medan tengah berjuang membangun LRT dan BRT, harusnya Gubenur ikut membantu merealisasikan program tersebut,\" urainya.
\"Tol dalam kota juga akan berdampak ke masyarakat, ada relokasi warga. Itu harus dipikirkan. Apakah juga pembangunan tol ini janji kampanye Edy Rahmayadi yang tertuang di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sepertinya tidak,\" pungkasnya." itemprop="description"/>
Abdullah menjabarkan beberapa waktu lalu keluar pernyataan Edy Rahmayadi yang mengatakan ingin mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka dengan menghapus aktifitas bisnis yang ada.
Kondisi Lapangan Merdeka saat ini, dianggap Abdullah Sitorus masih dalam kondisi baik. Sebab, fasilitas ruang publik yang ada masih cukup luas, hanya sebagian kecil lahan yang dipakai untuk kepentingan bisnis.
\"Anak-anak masih bisa bermain di Lapangan Merdeka, ada fasilitasnya itu dari sisi sosial. Dari sisi ekonomi, keberadaan Merdeka Walk menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kota Medan. Jadi terlalu jauh Gubernur mencampuri yang bukan urusannya,\" bebernya.
Bukan hanya itu, ia juga mempertanyakan rencana pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan oleh Edy Rahmayadi. Menurutnya, apabila ingin membuat Medan bebas macet, maka yang dilakukan adalah perbanyak transportasi umum.
\"Selama ini Medan macet karena terlalu banyak kendaraan pribadi, kalau masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, tingkat kemacetan akan berkurang. Medan tengah berjuang membangun LRT dan BRT, harusnya Gubenur ikut membantu merealisasikan program tersebut,\" urainya.
\"Tol dalam kota juga akan berdampak ke masyarakat, ada relokasi warga. Itu harus dipikirkan. Apakah juga pembangunan tol ini janji kampanye Edy Rahmayadi yang tertuang di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sepertinya tidak,\" pungkasnya."/>
Abdullah menjabarkan beberapa waktu lalu keluar pernyataan Edy Rahmayadi yang mengatakan ingin mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka dengan menghapus aktifitas bisnis yang ada.
Kondisi Lapangan Merdeka saat ini, dianggap Abdullah Sitorus masih dalam kondisi baik. Sebab, fasilitas ruang publik yang ada masih cukup luas, hanya sebagian kecil lahan yang dipakai untuk kepentingan bisnis.
\"Anak-anak masih bisa bermain di Lapangan Merdeka, ada fasilitasnya itu dari sisi sosial. Dari sisi ekonomi, keberadaan Merdeka Walk menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kota Medan. Jadi terlalu jauh Gubernur mencampuri yang bukan urusannya,\" bebernya.
Bukan hanya itu, ia juga mempertanyakan rencana pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan oleh Edy Rahmayadi. Menurutnya, apabila ingin membuat Medan bebas macet, maka yang dilakukan adalah perbanyak transportasi umum.
\"Selama ini Medan macet karena terlalu banyak kendaraan pribadi, kalau masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, tingkat kemacetan akan berkurang. Medan tengah berjuang membangun LRT dan BRT, harusnya Gubenur ikut membantu merealisasikan program tersebut,\" urainya.
\"Tol dalam kota juga akan berdampak ke masyarakat, ada relokasi warga. Itu harus dipikirkan. Apakah juga pembangunan tol ini janji kampanye Edy Rahmayadi yang tertuang di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sepertinya tidak,\" pungkasnya."/>
Kalangan mahasiswa menilai saat ini Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mulai lupa terhadap janjinya untuk mewujudkan Sumatera Utara yang bermartabat. Mereka menyebut hal ini tidak lepas dari beberapa kebijakan Edy yang menurut mereka terlalu mencampuri hal-hal yang tidak menjadi kewenangannya.
Demikian disampaikan Ketua Gerakan Mahasiswa Republik Indonesia (GMRI) Sumut, Abdullah Sitorus, menanggapi 1 tahun kepemimpinan Edy Rahmayadi di Sumatera Utara.
Ia mencontohkan beberapa wacana yang dilontarkan Edy soal penertiban Lapangan Merdeka dari kegiatan bisnis kuliner yang ada disana, hingga persoalan banjir, pembangunan tol dalam kota hingga membahas masalah sampah di Kota Medan, merupakan hal yang bukan tupoksinya.
"Sampah dan Lapangan Merdeka itu persoalan Wali Kota Medan, terlalu jauh Gubernur mencampuri dan mengomentari hal yang bukan urusannya," ujarnya.
Abdullah menjabarkan beberapa waktu lalu keluar pernyataan Edy Rahmayadi yang mengatakan ingin mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka dengan menghapus aktifitas bisnis yang ada.
Kondisi Lapangan Merdeka saat ini, dianggap Abdullah Sitorus masih dalam kondisi baik. Sebab, fasilitas ruang publik yang ada masih cukup luas, hanya sebagian kecil lahan yang dipakai untuk kepentingan bisnis.
"Anak-anak masih bisa bermain di Lapangan Merdeka, ada fasilitasnya itu dari sisi sosial. Dari sisi ekonomi, keberadaan Merdeka Walk menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kota Medan. Jadi terlalu jauh Gubernur mencampuri yang bukan urusannya," bebernya.
Bukan hanya itu, ia juga mempertanyakan rencana pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan oleh Edy Rahmayadi. Menurutnya, apabila ingin membuat Medan bebas macet, maka yang dilakukan adalah perbanyak transportasi umum.
"Selama ini Medan macet karena terlalu banyak kendaraan pribadi, kalau masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, tingkat kemacetan akan berkurang. Medan tengah berjuang membangun LRT dan BRT, harusnya Gubenur ikut membantu merealisasikan program tersebut," urainya.
"Tol dalam kota juga akan berdampak ke masyarakat, ada relokasi warga. Itu harus dipikirkan. Apakah juga pembangunan tol ini janji kampanye Edy Rahmayadi yang tertuang di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sepertinya tidak," pungkasnya.
Kalangan mahasiswa menilai saat ini Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi mulai lupa terhadap janjinya untuk mewujudkan Sumatera Utara yang bermartabat. Mereka menyebut hal ini tidak lepas dari beberapa kebijakan Edy yang menurut mereka terlalu mencampuri hal-hal yang tidak menjadi kewenangannya.
Demikian disampaikan Ketua Gerakan Mahasiswa Republik Indonesia (GMRI) Sumut, Abdullah Sitorus, menanggapi 1 tahun kepemimpinan Edy Rahmayadi di Sumatera Utara.
Ia mencontohkan beberapa wacana yang dilontarkan Edy soal penertiban Lapangan Merdeka dari kegiatan bisnis kuliner yang ada disana, hingga persoalan banjir, pembangunan tol dalam kota hingga membahas masalah sampah di Kota Medan, merupakan hal yang bukan tupoksinya.
"Sampah dan Lapangan Merdeka itu persoalan Wali Kota Medan, terlalu jauh Gubernur mencampuri dan mengomentari hal yang bukan urusannya," ujarnya.
Abdullah menjabarkan beberapa waktu lalu keluar pernyataan Edy Rahmayadi yang mengatakan ingin mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka dengan menghapus aktifitas bisnis yang ada.
Kondisi Lapangan Merdeka saat ini, dianggap Abdullah Sitorus masih dalam kondisi baik. Sebab, fasilitas ruang publik yang ada masih cukup luas, hanya sebagian kecil lahan yang dipakai untuk kepentingan bisnis.
"Anak-anak masih bisa bermain di Lapangan Merdeka, ada fasilitasnya itu dari sisi sosial. Dari sisi ekonomi, keberadaan Merdeka Walk menjadi penyumbang pendapatan asli daerah (PAD) bagi Kota Medan. Jadi terlalu jauh Gubernur mencampuri yang bukan urusannya," bebernya.
Bukan hanya itu, ia juga mempertanyakan rencana pembangunan tol dalam kota yang diwacanakan oleh Edy Rahmayadi. Menurutnya, apabila ingin membuat Medan bebas macet, maka yang dilakukan adalah perbanyak transportasi umum.
"Selama ini Medan macet karena terlalu banyak kendaraan pribadi, kalau masyarakat beralih menggunakan transportasi umum, tingkat kemacetan akan berkurang. Medan tengah berjuang membangun LRT dan BRT, harusnya Gubenur ikut membantu merealisasikan program tersebut," urainya.
"Tol dalam kota juga akan berdampak ke masyarakat, ada relokasi warga. Itu harus dipikirkan. Apakah juga pembangunan tol ini janji kampanye Edy Rahmayadi yang tertuang di RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah). Sepertinya tidak," pungkasnya.